
Ditulis oleh: Shafira Azzahra & Sisilia Agustiana
Sudah setahun lebih lamanya kita hidup berdampingan dengan pandemi. Berbagai perubahan dalam pola kehidupan memberikan tantangan tersendiri bagi hampir seluruh masyarakat di berbagai negara di dunia. Dampak yang luar biasa cukup berat dirasakan oleh Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang rentan terhadap ketidakstabilan sosial dan ekonomi. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2021 yang berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) masih berada di posisi -0,74% (cnbcindonesia.com). Ini berarti perekonomian Indonesia masih berada di jurang resesi.
Berbagai sektor ekonomi Indonesia terpukul dengan kondisi ini. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh BPS mencatat bahwa sebanyak 82,85% perusahaan terdampak oleh pandemi COVID-19. Berdasarkan sektornya, usaha pariwisata terutama akomodasi dan makan/minum adalah industri yang paling banyak mengalami penurunan pendapatan hingga 92,47% (katadata.co.id, 2020). Hal ini disebabkan oleh penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang berdasarkan data dari BPS terjadi penurunan hingga sebesar 73,6% di sepanjang Januari-November 2020. Didukung oleh berbagai kebijakan pemerintah terkait larangan WNA masuk ke Indonesia sebagai salah satu pencegahan persebaran COVID-19.
Penurunan jumlah wisatawan tak terlepas dari dampak pandemi terhadap perilaku wisatawan sebagai konsumen. Berdasarkan hasil penelitian Muhammad Zudhy Irawan,dkk yang berjudul Exploring Activity-Travel Behavior Changes During The Beginning of COVID-19 Pandemic in Indonesia menemukan bahwa terjadi penurunan frekuensi perjalanan pada awal pandemi COVID-19 yang mengakibatkan perubahan perilaku aktivitas-perjalanan. Orang-orang menjadi lebih senang melakukan sesuatu menggunakan layanan online. Termasuk melakukan perjalanan secara online yang dikenal sebagai virtual reality tourism. Pada awalnya virtual reality tourism digunakan sebagai sarana promosi. Namun, sejak pandemi, virtual reality tourism telah menggantikan tour secara fisik sebagai akibat dari pembatasan sosial dan karantina wilayah di berbagai belahan dunia.
Virtual reality tourism tidak hanya memberikan esensi pengalaman berwisata, tetapi juga memungkinkan seseorang melakukan hal yang mustahil dilakukan semasa pandemi. Hal ini memungkinkan orang lebih menyukai virtual reality tourism dibandingkan dengan wisata secara fisik. Akan tetapi, jika kedepannya orang-orang lebih menyukai wisata virtual langsung, maka hal ini perlu dipertimbangkan dengan matang mengingat devisa pariwisata Indonesia yang berasal dari kunjungan wisata fisik (antaranews.com, 2021). Dampak lain juga akan terasa bagi masyarakat sekitar destinasi wisata yang biasanya mendapatkan keuntungan dari belanja para turis, seperti membeli makanan, membeli baju atau pakaian, penginapan, dan lain sebagainya. Hal inilah yang menjadi salah satu polemik pada industri pariwisata di masa pandemi.
Dampak dari berbagai masalah di industri pariwisata ini sangat terasa bagi daerah-daerah yang pendapatan utamanya berasal dari sektor pariwisata. Salah satunya adalah pulau Bali yang merupakan salah satu destinasi wisata populer di Indonesia. Hampir seluruh masyarakat Bali menggantungkan perekonomiannya pada industri pariwisata. Bahkan sektor pertanian Bali pun bergantung pada permintaan dari sektor pariwisata. Sehingga pada saat pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia, Bali menjadi salah satu daerah yang paling terdampak akibat COVID-19. Seperti keadaan keramaian turisnya, pandemi mengakibatkan kedatangan turis menurun secara drastis yang biasanya mencapai 10.500-11.000 orang per hari saat penerapan kebijakan pemerintah terhadap pembatasan warga negara asing masuk ke Indonesia diterapkan, menjadi hanya 500 orang saja.
Kemudian keadaan problematika industri wisata Bali terus berlangsung hingga akhir tahun 2020, dimana pertumbuhan ekonomi Bali telah mencapai titik nadir. Hal ini menandakan bahwa Bali telah menempati posisi pertumbuhan ekonomi terendah dari provinsi lain. Cok Ace mengatakan kondisi yang terjadi di Bali terjadi akibat ketergantungan ekonomi pada sektor pariwisata, perlu diketahui bahwa sekitar 80% ekonomi Bali sangat bergantung pada kegiatan pariwisata, kejadian ini menjadi pukulan keras bagi Bali untuk menggenjot sektor lain yang dapat dijadikan alternatif pemasukan PDRB Bali. Keadaan krisis turis ini pun dipertegas oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno pada dialog “Vaksinasi Datang, Pariwisata gemilang” yang juga mengatakan kondisi menurunnya kegiatan pariwisata di Indonesia khususnya krisis turis di Bali menjadi hal yang perlu diperhatikan.
Dari sisi pendapatan masyarakat, para pelaku bidang pariwisata, khususnya pekerja tour guide yang biasa bekerja bergantung pada keberadaan turis harus memutar otak untuk mencari alternatif penghasilan. Melihat mirisnya dampak tersebut, dibutuhkan strategi bisnis yang turut mengandalkan tourism marketing agar industri pariwisata dapat bertahan dan menyesuaikan kondisi dengan keadaan pandemi yang sedang terjadi. Berikut beberapa saran yang dapat diadaptasi oleh perindustrian pariwisata saat ini :
1. Menargetkan konsumen sebelumnya.
Strategi yang dapat dilakukan berupa campaign “Come Back Soon”. Dengan adanya pesan untuk mengundang kembali pengunjung, para pengunjung sebelumnya mungkin saja mendapatkan dorongan untuk berkunjung kembali. Strategi ini dapat dilakukan melalui media sosial. Saat kita dikarantina kebanyakan orang akan terus-menerus menggunakan ponselnya, dengan adanya postingan dengan ajakkan untuk kembali mengunjungi tempat wisata sebelumnya dengan memperlihatkan fasilitas yang ada, akan memberikan ingatan kesan pengunjung sebelumnya mengenai tempat tersebut dan membuat dirinya termotivasi agar kembali lagi untuk berwisata.
2. Fleksibel Travel
Banyak wisatawan mengharuskan pembatalan rencana liburan saat COVID-19 mulai mewabah, dan banyak cerita jika banyak turis kesulitan mendapatkan pengembalian uang karena kebijakan yang belum mengantisipasi akan terjadinya wabah virus corona. Hal ini dapat memberikan peluang dan keuntungan kompetitif bagi industri pariwisata untuk memberikan banyak inovasi perencanaan wisata bagi turis, misalnya, dengan memberikan kebebasan biaya saat ingin melakukan perubahan jadwal karena kondisi pandemi yang tidak menentu dan menawarkan kembali tanggal yang lebih fleksibel. Hal ini juga menjadi nilai plus bagi perusahaan untuk memenangkan rasa kepercayaan pelanggan yang mungkin telah mengalami kerugian saat pembatalan liburan selama pandemi.
3. Menawarkan Paket “Travel dengan Aman dan Nyaman”
Banyak negara saat ini menerapkan kebijakan bepergian dengan mewajibkan sebelumnya melakukan Rapid Test, Swab hingga PCR jika ingin berkunjung ke negaranya. Para perusahaan tour industri dapat memanfaatkan peluang dengan menyediakan paket bagi pelanggan dengan memasukkan rangkaian tes COVID-19 sebelum bepergian sehingga para pelanggan dapat merasakan kemudahan jika ingin berliburan.
4. Staycation
Wisatawan tak harus selalu berupa kunjungan orang-orang dari luar negara lain, tetapi para pelaku industri pariwisata seperti hotel dan penyedia jasa penginapan dapat menargetkan orang-orang yang merasa jenuh saat melakukan Work From Home di sekitaran daerahnya, melalui penawaran pengalaman suasana yang berbeda saat melakukan liburan atau pekerjaan dari rumah di daerah yang tak jauh dari tempat tinggalnya.
Eits, ada juga loh informasi tambahan yang dapat membuat kamu termotivasi untuk berliburan ke Pulau Bali. Perlu diketahui pada sektor industri hotel yang termasuk pada rangkaian pariwisata mengharuskan para pelaku untuk menurunkan harga sekitar 15-25 persen dan mengadakan berbagai promosi dan diskon bagi wisatawan luar negeri hingga domestik akibat kondisi okupansi yang menurun. Dengan okupansi hotel-hotel Bali yang berkisar 50%, otomatis harga inap hotel pun jadi lebih rendah dari biasanya. Oleh itu jika kamu memiliki keinginan berlibur di Bali dengan budget yang murah, bisa dibilang inilah saat yang tepat untuk kamu segera mungkin untuk mengunjungi Bali dengan syarat protokol kesehatan yang benar dan memenuhi persyaratan yang ada. Then at the end, enjoy the island of paradise, Bali.
Referensi:
Irawan, Muhammad Zudhy, dkk. (2021, Maret). Exploring Activity-Travel Behavior Changes During the Beginning of COVID-19 Pandemic in Indonesia. Springer Link. Diakses melalui tautan https://link.springer.com/article/10.1007/s11116-021-10185-5
S. Julita, Lidya. (2021, Mei). RI Masih di Jurang Resesi, 11 Sektor Usaha Ini Berdarah-darah. cnbc.indonesia.com Diakses melalui tautan https://www.cnbcindonesia.com/news/20210505112547-4-243316/ri-masih-di-jurang-resesi-11-sektor-usaha-ini-berdarah-darah
Suryanto. (2021, Februari). Wisata Virtual, Tantangan Baru Turisme Indonesia. antaranews.com. Diakses melalui tautan https://www.antaranews.com/berita/1980246/wisata-virtual-tantangan-baru-turisme-indonesia
Bayu, Dimas Jarot. (2020, Oktober). 6 Sektor Usaha Paling Terdampak Saat Pandemi Corona. katadata.co.id. Diakses melalui tautan https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/09/15/6-sektor-usaha-paling-terdampak-saat-pandemi-corona
Agmasari, S. (2020, April 6). Kunjungan Turis Asing ke Bali Menurun, Nyaris Sudah Tidak Ada Tamu. Kompas.com. Diakses melalui https://travel.kompas.com/read/2020/04/06/223310627/kunjungan-turis-asing-ke-bali-menurun-nyaris-sudah-tidak-ada-tamu?page=2
Khairunnisa, S. N. (2020, Maret 7). Industri Hotel di Bali Babak Belur gara-gara Corona, Seberapa Parah? Kompas.com. Diakses melalui https://travel.kompas.com/read/2020/03/07/140700827/industri-hotel-di-bali-babak-belur-gara-gara-corona-seberapa-parah?page=all#page2
Mustofa, A. (2021, April 28). Bali Terpuruk, Wagub: Sektor Makanan dan Minuman Anjlok 92 persen. radarbali.jawapos.com. Diakses melalui https://radarbali.jawapos.com/read/2021/04/28/257458/bali-terpuruk-wagub-sektor-makanan-dan-munuman-anjlok-92-persen
Pramudita, B. A. (2021, Maret). Menparekraf: Kondisi Perekonomian Bali Sangat Memprihatinkan. Wartaekonomi.com. Diakses melalui https://www.wartaekonomi.co.id/read330074/menparekraf-kondisi-perekonomian-bali-sangat-memprihatinkan
Riana, Friski. (2021). Setahun Pandemi COVID-19, Ini Aneka Kebijakan Pemerintah dan Kritiknya. Tempo.co. Diakses melalui https://nasional.tempo.co/read/1437725/setahun-pandemi-covid-19-ini-anekakebijakan-pemerintah-dan-kritiknya
TwoSixDigital. (2021, April 23). A Tourism Digital Marketing Strategy in the Midst of a Pandemic. twosixdigital.com/. Diakses melalui https://twosixdigital.com/a-tourism-digital-strategy-in-the-midst-of-a-pandemic/